Selasa, 05 Januari 2010

Pendidikan Singapura

Sistem Pendidikan Singapura www.singaporeedu.gov.sg/id/htm/stu/stu01.htm
Pendidikan selalu menjadi kunci dari pertumbuhan dan perkembangan masyarakat Singapura, terutama pada tahun 1965 ketika Singapura menjadi negara republik yang merdeka. Saat ini di abad ke-21, dimana ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan berfungsi sebagai pengendali dalam komunitas secara mendunia, pengetahuan menjadi hal yang lebih mendesak dalam membentuk masa depan negara kami. Pada saat yang sama, melalui pendidikan, setiap individu dapat mengeluarkan potensi mereka untuk memberi keuntungan bagi masyarakat, bangsa, dan membina sebuah kehidupan yang berkecukupan.
Sistem pendidikan Singapura didasarkan pada pemikiran bahwa setiap siswa memiliki bakat dan minat yang unik. Singapura memakai pendekatan yang fleksibel untuk membantu perkembangan potensi para siswa.
Pusat Keunggulan Pendidikan - Singapura, Pusat Pendidikan Dunia
Selama bertahun-tahun, Singapura telah berkembang dari sistem pendidikan ala Inggris yang tradisional menjadi sistem pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individual dan mengembangkan bakat.

Keunggulan sistem pendidikan di Singapura terletak pada kebijakan dua-bahasa (Bahasa Inggris/Melayu/Mandarin/Tamil) dan kurikulumnya yang lengkap dimana inovasi dan semangat kewiraswastaan menjadi hal yang sangat diutamakan. Para individu menunjukkan bakat-bakat yang berkaitan satu sama lain dan kemampuan untuk bertahan dalam lingkungan yang penuh dengan persaingan, dipersiapkan untuk sebuah masa depan yang lebih cerah.

Sekolah-sekolah di Singapura terkenal dengan standarnya yang tinggi dalam hal kegiatan belajar mengajar, terbukti melalui perbandingan lokakarya Internasional seperti Third Internasional Matemathics and Science Study (TIMSS) yang menunjukkan bahwa mayoritas siswa sekolah Singapura yang terkemuka telah mempunyai standar internasional dalam mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan. Para siswa kami juga merupakan yang terbaik dalam kompetisi di setiap kejuaraan debat sedunia (Bahasa Inggris) dan olimpiade Internasional (Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi), mengalahkan siswa-siswa dari negara lain untuk meraih hadiah utama dan penghargaan yang diberikan.

Pada tingkat ketiga, sebagai tambahan untuk mempromosikan 3 universitas lokal yang sedang berkembang, Singapura telah menarik 10 institusi kelas dunia dengan jaringan industri yang kuat untuk membangun pusat pendidikan dan penelitian yang sempurna. Di antaranya adalah nama-nama yang sudah dikenal, seperti Universitas yang terkemuka di Perancis-INSEAD, Massachusett Institute of Technology yang terkenal, dan sekolah bisnis Amerika yang terkemuka seperti University of Chicago Graduate School of Business.

Bahkan setelah lulus dan masuk dalam dunia kerja, ada banyak kesempatan untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut. Pelatihan profesional dan dasar keterampilan ditawarkan dan dijelaskan secara umum. Hal ini telah diketahui oleh banyak orang guna melihat minat pada seminar-seminar yang dilakukan oleh manajemen guru seperti Michael Porter atau kuliah yang diberikan oleh para ahli yang datang berkunjung.

Kehadiran dari gabungan institusi Internasional, sistem pendidikan yang berkualitas tinggi dan tepat, dan sebuah bangsa yang yakin atas investasi pada pendidikan, akan bersama-sama menawarkan kepada para siswa di sini dan di seluruh dunia, sebuah pengayaan dan keutuhan perjalanan belajar.


Ekonomi yang Stabil
Dengan pendapatan (GDP) pertahun mencapai S$ 160 juta di tahun 2002, negara kepulauan yang walaupun kecil dalam ukuran dan populasi (4 juta orang) ini telah menjadi pusat finansial yang mempunyai nama baik, sebuah pedoman pusat perdagangan daerah, pelabuhan terpadat di dunia dan merupakan lokasi utama untuk berinvestasi. Kadang-kadang disebut sebagai teladan dalam hal keterbukaan, politik tepatguna dan mantap; Singapura telah mendapat pengakuan dari dunia.

Survey terakhir di tahun 2002 yang dilakukan oleh unit intelejen ahli ekonomi (EIU) yang mencakup 60 perekonomian, memberikan pengakuan kepada Singapura sebagai lingkungan bisnis terbaik di Asia. Forum ekonomi dunia Swiss-based (WEF) juga menilai Singapura sebagai pelaku Ekonomi yang paling kompetitif yang memiliki kemampuan pembaharuan yang hebat dan makro ekonomi yang solid di seluruh dunia. Bahkan pada masa sekarang ini ketika dunia sedang berjuang melawan SARS, kecerdasan Singapura dan pendekatan dengan melakukan penanganan langsung mendapat pengakuan tersendiri dari organisasi kesehatan dunia (WHO).


Infrastruktur dan Kemudahan
Singapura memiliki jalur perhubungan yang baik dengan seluruh dunia, melalui laut, udara dan telekomunikasi. Pelabuhan udara Singapura-Changi melayani lebih dari 60 perusahaan penerbangan yang terbang ke lebih dari 145 kota dan secara berturut-turut selama beberapa tahun dinominasikan sebagai pelabuhan udara terbaik di dunia. Mungkin Singapura juga dapat disebut sebagai negara yang mempunyai hubungan paling banyak di Asia, dengan rata-rata masukan melalui Internet sebanyak 42%. Kepemilikan rumah didukung oleh pemerintah untuk memberi sebuah aset kepada masyarakat di negaranya sendiri. Sekitar 85% orang Singapura tinggal di rumah yang di bangun oleh pemerintah.

Kemudahan akses ke seluruh bagian pulau tersedia di negara ini, sering dikenal sebagai sistem transportasi darat yang berkualitas dan efisien. Pengenalan dari sebuah kartu EZ-link - sebuah kartu tanpa batas yang berharga dimana para konsumen hanya perlu menggesek kartu di depan pembaca kartu yang secara otomatis akan mengurangi nilai yang dibutuhkan, adalah sebuah contoh dari komitmen secara berkesinambungan yang dilakukan oleh pemerintah untuk membuat perjalanan menjadi lebih cepat dan lebih mudah.


Sebuah Bangsa Multikultur Dengan Kualitas Hidup Yang Baik
Warisan kebudayaan bangsa yang sangat beragam dapat dilihat melalui bermacam-macam kelompok etnis (Cina, Melayu, India dan kaum indo), hidup bersama secara harmonis yang sedikit demi sedikit menerima identitas yang jelas sebagai orang Singapura walaupun masih mempertahankan kebiasaan tradisional, ras, budaya dan festival mereka masing-masing. Sebagai tambahan, dengan adanya lebih dari 90.000 ekspatriat profesional yang tinggal dan bekerja di Singapura, yang juga membawa budaya dan cara pandang mereka yang unik, menambah warna dan semangat pada Singapura sebagai kota Internasional.

Standar kehidupan di Singapura yang tinggi juga merupakan sesuatu yang dapat diyakini oleh para siswa. Pada sebuah survei yang diberitakan dalam The Economist pada bulan Maret 2002, kualitas kehidupan di Singapura telah melewati London dan New York. Tiga puluh sembilan faktor telah di pertimbangkan, termasuk stabilitas ekonomi, kebebasan pribadi, polusi udara dan kualitas pemeliharaan kesehatan, sekolah, restoran dan teater.


Gaya Hidup Perkotaan Yang Penuh semangat
Singapura mungkin hanya seperti titik kecil di dalam peta dunia, tetapi merupakan negara kepulauan yang sibuk dengan berbagai atraksi dan aktivitas. Makan malam dan berbelanja adalah dua aktivitas lokal yang berada dalam urutan teratas. Tak perlu disebutkan lagi, hal ini tergambar dalam jajaran tempat makan yang tersebar di seluruh pulau, seperti halnya perkembangan toko-toko di pusat kota dan di daerah pinggiran.

Terlebih lagi pada suasana kesenian dan kebudayaan yang sedang berkembang pesat, khususnya dengan pembukaan Esplanade - Theatres on the Bay, menampilkan seniman-seniman papan atas dari seluruh dunia. Kawasan-kawasan etnis seperti Little India, Chinatown, Perkampungan Melayu juga memberi rasa pada kebudayaan dan sejarah Singapura. Banyak kejadian menyenangkan dan mengasyikkan seperti Great Singapore Sale, Singapore Arts Festival, Festival light-up dan banyak lagi acara lainnya yang membuat Singapura menjadi sebuah tempat yang paling banyak diminati untuk dikunjungi. Singapura juga terletak di tempat yang strategis yaitu di pusat Asia dan dapat menjadi pusat untuk pengembangan daerah Asia tenggara.
www.kaskus.us/showthread.php?t=996497
www.suaramerdeka.com/harian/0605/17/nas15.htm

Pendidikan di Singapura, Ditata seperti Sebuah Orkestra
Posted on Agustus 20, 2008 by f4ni
APA yang diharapkan warga dari sebuah sistem pendidikan? Bagi orang awam sekalipun pasti tahu bahwa yang dibutuhkan adalah setidaknya kurikulum yang baik, pengajar yang enak, fasilitas memadai, dan biaya murah, jika bisa. Lalu selebihnya mungkin adalah lingkungan yang kondusif, daya saing yang tinggi, serta segala aspek lain yang ada di luar ruang sekolah.
TAMPAKNYA hal itu tersedia di Singapura. Perbandingan sistem pendidikan di Singapura dengan Indonesia seperti bumi dan langit rasanya. Departemen Pendidikan Singapura (Ministry of Education) tampaknya lebih banyak bekerja dan memberi perhatian besar pada pengembangan pendidikan ketimbang memanfaatkan pendidikan sebagai sumber rezeki bagi oknum atau pegawai-pegawai departemen itu.
Dari sekolah dasar hingga universitas, misalnya, siswa sudah dipantau dan diarahkan untuk mendapatkan pendidikan yang cocok untuknya. Jadi, tidak semua warga layak atau bebas masuk universitas di Singapura. Bagi mereka yang tidak layak masuk universitas di Singapura, memang bebas memilih kuliah di luar negeri sesuai dengan kemampuan orangtua, tetapi tidak bebas masuk universitas di Singapura jika tidak melewati tes tertentu.
Dengan pendapatan per kapita lebih dari 24.000 dollar AS per tahun, Singapura termasuk paling kaya di dunia. Namun, Singapura tidak menyamaratakan bahwa semua warga pasti mampu. Biaya sekolah di Singapura relatif murah. Yang diperlukan adalah biaya di luar uang sekolah seperti penunjang kelancaran sekolah, transportasi, buku-buku, dan lainnya.
Untuk keluarga yang tidak mampu, pemerintah menyediakan beasiswa jika perlu. Itu disediakan untuk memastikan bahwa kemiskinan bukan hambatan untuk mengenyam pendidikan.
Meski mobil bukan persoalan bagi kebanyakan warga di Singapura, untuk kelancaran transportasi anak-anaknya tersedia berbagai mode transportasi, mulai dari MRT, dipadu dengan rangkaian bus kota yang memiliki akses ke semua sekolah. Untuk transportasi ke dan dari Nanyang Technological University (NTU), misalnya, tersedia berbagai jalur bus yang membelah masuk ke kompleks universitas di Jurong.
Apa lagi? Ruang kelas, perpustakaan, kantin sekolah, dan tempat bersantai juga tersedia. Ruang kelas ditata secara bersih dan membuat murid bisa melihat guru atau dosen dan sebaliknya dosen atau guru bisa memantau semua anak didiknya. Kelas diperlengkapi dengan peralatan yang memudahkan guru melakukan presentasi lewat slide yang sudah melekat di setiap ruang sekolah sehingga tidak perlu repot setiap kali melakukan presentasi. Janganlah segan makan di kantin-kantin sekolah, jenisnya cukup banyak, relatif sehat, dan murah lagi.
Akses internet hingga ke ruang-ruang kelas juga tersedia dan gratis hanya dengan mendaftar untuk mendapatkan ID dari sekolah dan universitas. Hal itu memang sengaja dilakukan untuk membuat murid memiliki akses yang mudah mendapatkan informasi. Terkadang bahan pelajaran juga sudah dipajang di situs internet yang membuat mahasiswa bisa mengakses secara on-line.
Dosen-dosen dan guru di Singapura juga tidak kalah profesionalnya. Dengan gaji yang tergolong memadai, orang- orang terangsang menjadi guru. Tidak semua guru berasal dari Singapura sendiri.
Dengan jumlah penduduk yang sedikit, hanya 4 juta jiwa lebih, Singapura memerlukan pasokan guru. Untuk itu terkadang guru didatangkan dari negara lain. Untuk level universitas, misalnya, NTU dan National University of Singapore (NUS) tak segan menawarkan gaji yang tinggi menyamai gaji di Harvard Business School. “Kami memang harus bersaing dan menawarkan rangsangan yang lumayan untuk bisa menarik orang-orang yang punya talenta dunia,” demikian dosen di NTU, Ang Poo Wah.
Dosen-dosen di NTU, misalnya, tidak sedikit yang menjadi orang-orang hebat di negara asalnya dan kemudian direkrut menjadi dosen di Singapura. Masalahnya, Singapura berniat menjadikan dirinya sebagai pusat pendidikan berkelas internasional, setelah berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat pelayanan kesehatan terbagus di Asia Tenggara.
Kegiatan di universitas dan di sekolah-sekolah bukan sebatas acara belajar-mengajar rutin di ruang-ruang kelas. Hampir setiap bulan tampil pembicara tamu berkaliber internasional membawakan topik-topik baru yang ditemukan di dunia.
Pemerintah Singapura tidak segan-segan mendatangkan, misalnya, Michael Porter, Philip Kottler, ahli manajemen terkenal di dunia, serta dosen-dosen kaliber internasional yang memang mahal tarifnya tetapi Singapura tidak pelit soal itu.
Jadi, selain mendapatkan ilmu, mahasiswa juga diberi pencerahan dengan menghadiri seminar-seminar gratis tetapi sangat berkualitas. Jangan bayangkan presentasi mereka seperti guru-guru atau dosen-dosen yang direkrut begitu saja untuk jadi pengajar P4 yang membuat ngantuk di negara kita pada zaman Orde Baru.
Gilanya lagi, sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan di Singapura tidak berhenti melirik perkembangan pendidikan di negara lain. Maka, muncullah misalnya aliansi antara sekolah bisnis di NTU dan Sloan School of Management di Massachusetts Institute of Technology.
Aliansi seperti itu dibiarkan dirangsang sendiri oleh masing-masing fakultas. Universitas hanya memberi persetujuan. Otonomi masing-masing fakultas dibuat sedemikian tinggi dan dibiarkan mampu memikirkan pengembangan diri sendiri. Soal pendanaan, tampaknya tidak menjadi masalah. NTU, misalnya, sudah memiliki endowment fund dari pemerintah sebesar 200 juta dollar Singapura.
Maka, tidak heran jika NTU, NUS, dan Singapore Management University dengan mudah membangun aliansi dengan Harvard University, Wharton School, dan universitas kelas satu lainnya di AS. Kerja sama internasional pendidikan juga dilakukan dengan banyak negara. Namun, kemajuan pendidikan di AS membuat Singapura lebih berkiblat ke AS.
Mahasiswa di Singapura sering kali mendapatkan kesempatan untuk melakukan studi tur dengan menjelajah dunia. Bagi mahasiswa yang mampu dibiarkan membayar sendiri, tetapi dengan subsidi universitas. Namun, bagi yang tidak mampu tersedia beasiswa yang memungkinkan mereka tinggal di hotel, seperti JW Marriott. Bayangkan, misalnya, selama satu setengah bulan mahasiswa pascasarjana di Nanyang MBA Fellowship Programme tinggal di apartemen yang dikelola JW Marriott di Boston.
Jadi, persoalan bukanlah pada fasilitas dan beasiswa. Mahasiswa tinggal menyediakan waktu dan niat untuk belajar tekun tanpa harus diganggu oleh ketiadaan biaya. Bukan hanya itu, Pemerintah Singapura tidak saja bersedia mendidik warganya, tetapi juga bersedia merekrut calon-calon siswa dan mahasiswa dari negara tetangga dan dengan beasiswa serta tawaran kesempatan kerja di Singapura. Karena itu, tidak heran jika ada warga melayu dari Padang hingga Klaten belajar di Singapura dengan bantuan, termasuk ongkos pesawat pergi pulang saat liburan.
Singapura sadar akan potensi kekurangan tenaga kerja. Niat Singapura untuk menawarkan beasiswa bukan sekadar menjadikan mereka sebagai tenaga di Singapura suatu saat. Bagi mahasiswa yang kembali bekerja di negara asalnya, setidaknya diharapkan bisa menjadi orang yang kenal dan sayang dengan Singapura dan bisa menjadi jaringan Singapura di kemudian hari.
Bukan itu saja, dengan mengundang mahasiswa dari luar, Pemerintah Singapura otomatis membuat warganya terbiasa bergaul secara internasional ketika masih berada di sekolah. Itu sesuai dengan posisi Singapura sebagai hub regional sehingga warganya tidak menjadi seperti katak di bawah tempurung. Bicara soal silabus dan kurikulum, departemen pendidikan di Singapura setiap kali bekerja untuk melakukan evaluasi. Setiap perkembangan baru selalu disisipkan pada silabus baru.
Jadi, itulah pendidikan di Singapura, bukan sekadar menyediakan sarana dan prasarana yang baik, tetapi terus melakukan up-dating dari tahun ke tahun. Itu semua dilakukan sebagai pengejawantahan visi dan misi pendidikan di Singapura.
Bukan itu saja, iklim persaingan di antara keluarga dan komunitas di Singapura menjadi salah satu kunci rahasia sukses pendidikan di Singapura. Bayangkan, orangtua, rekan, pasangan, atau pacar seperti “memaksa” siswa dan mahasiswa untuk menjadi juara satu atau tidak sama sekali. Hanya ada satu orang juara satu. Akan tetapi, dengan prinsip itu, semua orang berlomba mendapatkan nilai terbaik dan tidak jarang sejumlah besar mahasiswa sama-sama memiliki nilai A semuanya.
Apa sih kurangnya pendidikan di Singapura? Tidak ada jika dibandingkan dengan pendidikan di Indonesia, misalnya. Yang mungkin masih kurang adalah keberanian siswa dan mahasiswa berbicara di ruang kelas dan mempertanyakan kebenaran sistem dari negara yang tidak begitu bebas. Mahasiswa Singapura tidak begitu cerewet di kelas seperti masyarakatnya. Inilah yang disadari oleh PM Lee Hsien Loong (BG Lee). Kebebasan berekspresi secara nasional ala Singapura ternyata berdampak di kelas-kelas. Maka itu, kini BG Lee menawarkan paradigma baru, yakni kebebasan bicara.
Soalnya, aneh memang jika di kelas pun mahasiswa harus ramah dan menurut. Bukankah pendidikan bermaksud mencari kebenaran atas yang salah, termasuk kediktatoran ala Singapura yang dimulai oleh mantan PM Lee Kuan Yew, yang melarang oposisi berkoak-koak?
Oleh: SIMON Saragih (sumber :http://www.informatika.org/~rinaldi/Koleksi/Artikel/Pendidikan%20di%20Singapura.htm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alur Seleksi PPPK Guru